Chapter 9
Chapter 9
Bab 9
“Menurutmu dalam semalam aku bisa menghasilkan berapa banyak?” Pria itu bersandar ke sofa, menggoyangkan gelas anggurnya dan menatapnya dengan santai. “Bagaimana jika tidak ada pelanggan?”
“Dengan penampilanmu yang menjual ini, seharusnya kamu dapat menjadi gigolo terpopuler di bar.”
Tracy menilainya dari atas ke bawah, matanya menatap pada bagian privatnya…
“Aku dengar gigolo tampan dapat menghasilkan 8-10 juta, atau 16-20 juta untuk sewa semalam. Setidaknya kamu bisa menghasilkan 20 juta dalam satu malam, kan?”
“Jadi, setiap malam aku cukup mengirimimu uang sebanyak 10 juta saja?” senyum di sudut bibir pria itu semakin dalam. “Kamu benar-benar mudah ditangani.”
“Siapa bilang!” tegur Tracy dengn cepat, “Aku bilang minimal, minimal. Minimal setiap malam kamu harus mengirimkanku 10 juta. Ini untuk mengganti rugi kesalahanmu di malam itu. Kamu harus rajin bekerja, menghasilkan banyak uang untukku. Apakah kamu paham?”
“Uang bukan masalah.” Pria itu sangat murah hati, “Tapi, bagaimana kamu bisa mengenaliku tadi?” tanya pria itu dengan bingung.
“Tato kepala serigala di pinggangmu itu, memangnya itu palsu?” Tracy takut ia menyangkalnya.
“Jadi, kamu tidak tahu wajahku?” Pria itu menatapnya dalam. Têxt belongs to NôvelDrama.Org.
“Hanya hantu yang mengetahui wajahmu.” ujar Tracy dengan dongkol, “Malam itu aku minum banyak, aku sama sekali tidak melihat jelas wajahmu.”
Pria itu meminum anggurnya, tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Jangan berpikir untuk tidak membayar hutangmu. Jika tidak, aku akan mengadu pada manajer barmu.” ucap Tracy dengan cepat, “dan juga, dengar-dengar kamu ini waria. Jika ketahuan, kedepannya kamu tidak usah berharap dapat bekerja di sini lagi.”
Pria itu tersentak, menyipitkan matanya dengan ancaman, “Waria?”
“Hng! Takut, kan?”
Tracy mengeluarkan pena dan kertas dari tasnya. Menulis sebuah surat jaminan sederhana.
“Nih, di atas kertas ini telah tertulis jelas. Mulai hari ini, selama tiga bulan, kamu harus mengirimiku setengah gajimu setiap hari kepadaku sebagai ganti kompensasi waktu itu. Kamu tanda tangan di sini dan tempelkan sidik jarimu. Dengan begini, perjanjian kita sah!”
Setelah berbicara, ia menjejali pena ke dalam tangan pria itu...
“Memangnya gigolo yang kamu cari cuma aku seorang?” Pria itu menatap tulisan berantakan surat perjanjian, sambil mengernyitkan dahi bertanya, “Jangan–jangan kamu punya setumpuk surat jaminan seperti ini?”
“Orang gila, kamu kira aku suka mencari gigolo? Saat itu benar-benar kecelakaan. Aku hidup sampai sekarang, hanya pernah tidur dengan kamu seorang!”
Tracy marah hingga berseru. Wajahnya memerah dalam sekejap setelah mengutarakannya.
Vd
Sudut bibir pria itu melengkung ke atas, dengan murah hati ia mena saja tanda tangannya aneh dan tidak jelas seperti tulisan di jimat pengusir setan.
Tracy merasa tandatangan saja kurang efektif, kemudian ia menarik tangan pria itu. Menggigit jempolnya dengan keras. Ketika darah merah itu mengucur keluar, ia langsung menekan jempol pria itu ke atas kertas…
“Hahaha!” Melihat perjanjiannya telah sah, alis Tracy terangkat, “Sudah janji, ya. Tidak boleh menyesal, gajimu hari ini berikan kepadaku dulu!”
“Hari ini belum ada orderan, gaji dari mana?”
Pria itu menarik Tracy ke dalam pelukannya dengan kasar, melingkarkan lengannya ke pinggang Tracy yang ramping. Bibirnya yang seksi menyapu pipi Tracy, lalu berbisik di telinga, “Lebih baik kamu saja yang memesanku, aku beri potongan 50%...”
“Kau, tidak usah berharap!” Tracy segera melepaskan diri darinya. Ia mengambil surat perjanjian itu dan mendorongnya ke samping dengan panik, “Jangan mengambil untung dariku. Aku beritahu kamu, mulai hari ini, tugasmu adalah fokus jadi gigolo, bekerja keraslah membayar hutangmu!”
“Kamu rela?”, pria itu menyipitkan matanya, menatap Tracy dalam.
“Kamu tak lebih dari sapi perahan, kenapa aku harus tidak rela?” Tracy mengeluarkan ponselnya, “Mari saling tukar nomor telepon agar kita mudah berkomunikasi.”
Pria itu mengambil ponsel dan mengetik nomor teleponnya. Saat ia ingin mengetik namanya, Tracy langsung merebut kembali ponselnya dan menyimpan nomor itu dengan nama ‘gigolo pelunas hutang’.
Pria itu mengerutkan keningnya, jelas ia tidak puas dengan sebutan itu.